Menurut klasifikasi Anderson (1951) jenis sesar dibagi berdasarkan atas principle stress. Principle stress adalah stress yang bekerja tegak lurus bidang sehingga nilai komponen shear stress pada bidang tersebut adalah nol. Bidang tersebut dikenal sebagai bidang utama. Terdapat tiga principal stress yaitu 𝑆1, 𝑆2, dan 𝑆3, dimana 𝜎1(𝑆1) > 𝜎2(𝑆2) > 𝜎3(𝑆3). Dari tiga sumbu tersebut dipisahkan menjadi dua sumbu berdasarkan orientasi sumbu, yaitu sumbu horizontal (𝑆ℎ) dan sumbu vertikal (𝑆𝑣), dimana 𝑆ℎ terdiri dari dua sumbu yaitu sumbu horizontal maksimum (𝑆ℎ𝑚𝑎𝑥) dan sumbu horizontal minimum (𝑆ℎ𝑚𝑖𝑛), sedangkan 𝑆𝑣 hanya memiliki satu sumbu saja. Sumbu inilah yang mengontrol terbentuknya klasifikasi sesar, yaitu sesar normal (normal fault), sesar naik (reverse fault), dan sesar mendatar (strike-slip fault).
(Anderson, 1951 dalam Zoback, 2007) |
Hubungan sumbu dengan jenis sesar dalam klasifikasi Anderson (1951) |
Berdasarkan Gambar 2.4. dan Tabel 2.1. hubungan sumbu dengan jenis sesar dalam klasifikasi Anderson (1951) dijelaskan sebagai berikut:
- Sesar normal (normal fault) terbentuk apabila 𝑆𝑣 merupakan principle stress maksimum, 𝑆ℎ𝑚𝑎𝑥 adalah principle stress menegah, dan 𝑆ℎ𝑚𝑖𝑛 merupakan principle stress minimum.
- Sesar naik (reverse fault) terbentuk apabila 𝑆ℎ𝑚𝑎𝑥 merupakan principle stres maksimum, 𝑆ℎ𝑚𝑖𝑛 adalah principle stress menegah, dan 𝑆𝑣 adalah principl stress minimum.
- Sesar mendatar (strike-slip fault) terbentuk apabila 𝑆ℎ𝑚𝑎𝑥 merupakan principle stress maksimum, 𝑆𝑣 adalah principle stress menegah, dan 𝑆ℎ𝑚𝑖𝑛 merupakan principle stress minimum.
[feedposts text="Baca Juga"/]
Penentuan jenis sesar dan orientasi sesar ditentukan oleh parameter bidang sesar yang terdiri dari:
1. Strike (𝜑) : Adalah sudut yang dibentuk oleh jurus sesar dengan arah utara. Strike diukur dari arah utara kearah timur searah dengan jarum jam hingga jurus patahan (0° ≤ 𝜑 ≤ 360°) .
2. Dip (𝛿) : Adalah sudut yang dibentuk oleh bidang sesar dengan bidang horizontal dan diukur pada bidang vertikal dengan arahnya tegak lurus jurus patahan (0° ≤ 𝛿 ≤ 90°).
3. Rake (𝜆) : Adalah sudut yang dibentuk arah slip dan jurus patahan. Rake berharga positif pada patahan naik (Thrust Fault) dan negatif pada patahan turun (Normal Fault) (−180° ≤ 𝜆 ≤ 180°).
Gambar ilustrasi parameter bidang sesar (Gok, 2008)
4. Plunge (p) : Adalah sudut yang dibentuk oleh struktur garis tersebut dengan bidang horizontal, diukur pada bidang vertikal. Trend (β) : Adalah arah dari proyeksi struktur garis ke bidang horizontal.
Gambar ilustrasi parameter bidang sesar plunge dan trend
{next}
Ukuran Gempa
Salah satu hal penting yang perlu diketahui dari suatu kejadian gempa adalah informasi mengenai besarnya gempa yang terjadi yang dinyatakan dengan ukuran gempa. Ukuran β gempa tersebut dapat dinyatakan secara kualitatif dengan mengetahui besar intensitas gempa atau kuantitatif dengan memperhitungkan besar magnitudo/kekuatan yang dihasilkan oleh gempa tersebut.
Intensitas Gempa
Intensitas gempa menunjukkan ukuran gempa secara kualitatif berdasarkan tingkatan pengaruh kejadian gempa terhadap fenomena alam di permukaan dan dirasakan oleh manusia dan sarana infrastruktur. Intensitas gempa sangat berguna dalam menentukan karakteristik pengulangan kejadian gempa dengan ukuran yang berbeda di berbagai lokasi. Skala intensitas gempa Rossi-Forel (RF) diperkenalkan pertama kali pada tahun 1880. Pengembangan terhadap skala ini diperkenalkan oleh Mercalli pada tahun 1931 yang dikenal dengan Modified Mercalli Intensity (MMI). Intensitas gempa dalam skala MMI terbagi atas 12 tingkatan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut.
[feedposts text="Baca Juga"/]
Skala Mercalli sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat ini penggunaan Skala Richter lebih luas digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian. Skala-skala lainnya juga diperkenalkan oleh berbagai institusi di beberapa negara seperti Japanese Meteorological Agency (JMA) dan Medvedev-SpoonheuerKarnik (MSK) di Eropa Timur dan Tengah.
Magnitudo Gempa
Pengukuran gempa secara kuantitatif mulai diperkenalkan sejak ditemukannya alat untuk mengukur ground motion yang timbul saat gempa terjadi. Dengan alat ini pengukuran gempa menjadi lebih obyektif karena menggunakan skala pengukuran yang lebih pasti dibandingkan dengan pengukuran secara kualitatif. Ukuran gempa ini dikenal dengan magnitudo gempa.