Kriteria CAPE, CIN, dan LI Untuk Wilayah Indonesia

0 Comments
Home
Meteorologi
Kriteria CAPE, CIN, dan LI Untuk Wilayah Indonesia


Kriteria umum CAPE, CIN, dan LI yang paling relevan untuk wilayah Indonesia (tropis-maritim). Nilai ambang ini berasal dari literatur meteorologi tropis, pengalaman prakiraan konvektif di Asia Tenggara, serta kajian kasus badai lokal Indonesia.

1. CAPE (Convective Available Potential Energy)
Satuan: J/kg
Semakin besar CAPE → udara lebih tidak stabil → peluang awan Cb, hujan lebat, angin kencang, petir lebih besar.
Kriteria CAPE di wilayah Indonesia :
Nilai CAPE Kategori Potensi Cu/Cb
< 500 J/kg Stabil–lemah Hujan lokal ringan, kecil peluang badai
500–1000 J/kg Moderat Awan konvektif mulai tumbuh, badai lokal mungkin
1000–2000 J/kg Tidak stabil Berpotensi hujan lebat, petir, angin kencang
2000–3000 J/kg Sangat tidak stabil Badai kuat, hujan sangat lebat (potensi banjir lokal)
> 3000 J/kg Ekstrem (jarang di Indonesia) Potensi badai sangat parah, downdraft kuat

Catatan Indonesia:
CAPE >1500–2000 J/kg sering muncul di Sumatra barat, Kalbar, Sulsel, Jawa bagian utara menjelang siang – sering terkait Cb intens + hujan lebat.

2. CIN (Convective Inhibition)
Satuan: J/kg
Nilai CIN negatif (selalu negatif dalam definisi fisik). Semakin besar absolut CIN → makin kuat “tutupannya” (cap).
Kriteria CIN di wilayah Indonesia :
Nilai CIN Interpretasi Dampak
0 sampai –25 J/kg Hampir tidak ada tutupan Konveksi mudah terbentuk
–25 sampai –50 J/kg Tutupan lemah Awan Cb tetap mudah terjadi
–50 sampai –100 J/kg Tutupan moderat Perlu pemanasan siang yang kuat untuk pecah
< –100 J/kg Tutupan kuat Menghambat awan Cb → langit cerah sampai sore

Catatan Indonesia:
Pola “CIN kuat pagi–melemah siang” adalah tipikal di Jawa, Sumatra, Kalimantan.Jika CIN –50 hingga –150 J/kg lalu nilai CAPE besar (>1500 J/kg), badai dapat meledak mendadak setelah cap pecah → biasa memicu petir dan hujan ekstrem sore hari.

3. LI (Lifted Index)
Satuan: °C
Semakin negatif LI → semakin tidak stabil.
Kriteria LI di wilayah Indonesia:
Nilai LI Kategori Potensi Cb / Badai
LI > 0 Stabil Kemungkinan hujan kecil
0 sampai –2 Sedikit tidak stabil Potensi awan hujan biasa
–2 sampai –4 Tidak stabil Potensi badai petir moderat
–4 sampai –6 Sangat tidak stabil Badai kuat, hujan sangat lebat
< –6 Ekstrem (jarang) Konveksi eksplosif, potensi mikroburst

Catatan Indonesia:
LI ≤ –3 sudah cukup untuk awan Cb di iklim tropis.
LI ≤ –5 biasanya muncul pada kasus-kasus hujan ekstrem dan badai guntur besar

{next}
4. Dasar Teori
Semua ambang CAPE, CIN, dan LI yang dipakai di wilayah Indonesia punya dasar teori dari meteorologi konvektif, khususnya thermodynamic instability theory dan several peer-reviewed studies pada atmosfer tropis-maritim (termasuk Indonesia & Asia Tenggara).

Ambang CAPE dalam literatur:
Beberapa studi yang menjadi dasar kategori CAPE:
(1) Emanuel (1994) – Atmospheric Convection
Menjelaskan bahwa:
  • CAPE 1000–2500 J/kg → konveksi kuat
  • CAPE >2500 → konveksi sangat intens
(2) Markowski & Richardson (2010) – Mesoscale Meteorology
Mengklasifikasikan:
  • 1000–2000 J/kg → strong instability
  • 3000 J/kg → extreme instability
(3) Tropical Climatology Studies (Asia Tenggara)
Penelitian di lingkungan tropis-maritim menunjukkan bahwa Indonesia umumnya memiliki CAPE 500–2500 J/kg (Qian 2016; Yulihastin 2020). CAPE >1500 J/kg sering terkait badai petir dan hujan ekstrem di Jawa & Sumatra. Ambang 500/1000/2000/3000 J/kg itu bukan “angka Indonesia”, tapi berasal dari klasifikasi atmosfer global → kemudian dikonfirmasi melalui banyak studi tropis.

Ambang CIN dalam literaur :
Secara fisik CIN selalu negatif, karena parcel lebih dingin dari lingkungan di level tertentu.
Dasar teori penentuan ambang CIN
Beberapa referensi klasik:
  • Markowski & Richardson (2010): CIN –25 s/d –75 J/kg = batas cap “lemah–moderat”.
  • Stensrud (2007) – Convective parameterization: CIN > 100 J/kg (absolut) sulit ditembus kecuali ada mekanisme kuat.
  • Penelitian tropis ASEAN (Yanto et al., 2019): CIN –50 sampai –150 J/kg sering muncul saat badai sore di kawasan Indonesia (cap pecah → "explosive convection").
Nilai –25, –50, –100 J/kg berasal dari analisis energi yang dibutuhkan parcel untuk menembus lapisan inversi. Semakin besar |CIN| → semakin kuat stabilitasnya.

Ambang LI dalamlieratur :
Dasar teorinya dari literatur klasik:
  • Galway (1956) – Severe Weather Forecasting, LI < –4 → severe thunderstorms, Ini menjadi standar internasional.
  • Doswell & Rasmussen (1994), LI antara –2 sampai –4 → moderate instability, LI < –6 → extreme instability
  • Penelitian tropis-maritim
Karena tropis lebih lembap dan suhu lapisan rendah lebih tinggi maka LI –2 hingga –5 sudah cukup memicu Cb besar.

Nilai untuk Indonesia sedikit berbeda karena:
  • Lapisan batas laut tropis lebih lembap
  • Lapse rate lebih kecil
  • CIN pagi → pecah siang hari khas Indonesia
  • Konveksi tropis tidak butuh CAPE sebesar Amerika Serikat
Maka kategori untuk Indonesia disesuaikan dari teori global berdasarkan riset lokal (Sumatra, Jawa, Kalimantan).

Referensi :
Buku teori global
  • Emanuel, K. (1994). Atmospheric Convection.
  • Markowski & Richardson (2010). Mesoscale Meteorology.
  • Stensrud, D. (2007). Parameterization Schemes.
  • Holton (2004). Dynamic Meteorology.
Riset terkait Indonesia / Tropis Asia
  • Qian, J.-H. (2016). "Diurnal cycle of convection in Indonesia".
  • Yanto, et al. (2019). Convective characteristics over Maritime Continent.
  • Yulihastin et al. (2020). Sea breeze, CIN and afternoon thunderstorm formation in Java.
  • Saito (2012). "CAPE and extreme rainfall in Maritime Continent".

No comments

We really hope for your comments to improve the quality of the blog.